Empati: Pelajaran Dari Dalam Sebuah Bas
Perjalanan dengan bas di India selalu penuh warna. Pengalaman aku semasa menaiki bas dari Kasol ke Shimla November lalu adalah salah satunya. Pengalaman ini sebenarnya boleh dikatakan normal dalam perjalanan di India. Bas-bas di India biasanya diubahsuai untuk menempatkan 50 tempat duduk dalam sebuah bas yang asalnya hanya berkapasiti 40 kerusi. Akibatnya, sebuah jendela bas terkadang harus dikongsi oleh dua baris penumpang.
Penumpang di depan aku, seorang wanita berbungkus sari, dengan selamba membuka jendela di samping tempat duduknya lebar-lebar. Akibatnya, separuh bahagian dari jendela yang terbuka itu tepat di sebelah aku yang duduk di kerusi belakang, mengalirkan angin bulan November yang luar biasa dinginnya ke dalam bas. Penumpang-penumpang lain di baris belakang yang turut dihembus sapuan angin dingin itu semuanya marah. Bahkan ada ibu-ibu yang membawa bayi, dan bayinya menangis kedinginan. Tak hairanlah, musim sejuk seakan dipindahkan langsung ke dalam bas, sedangkan perempuan yang membuka jendela itu hanya bersejuk-sejuk sahaja kerana angin tidak menghembus tepat ke wajahnya. Semua orang berteriak, menyumpah seranah, meminta agar jendela itu ditutup kembali. Tapi orang India memang terkenal dengan konsistensinya, demikian juga lembu-lembu di jalan yang tak pernah peduli dengan kenderaan yang lalu lalang. Perempuan ini pun tetap selamba dengan tak mahu menurunkan jendelanya walau beberapa milimeter sekalipun.
Selepas beberapa jam menempuh perjalanan yang menyeksa, aku masuk angin. Bayi yang menangis itu pun akhirnya diam juga mungkin kerana kepenatan. Dan suara orang-orang yang berteriak-teriak juga sudah menjadi serak.
Tapi aku tak ingin membahaskan tentang kekeraskepalaan ini. Aku mahu bercakap tentang empati, iaitu menempatkan posisi kita di posisi orang lain. Andai saja perempuan itu boleh memikirkan seksaan yang dialami penumpang lain, yang tak dialami oleh dirinya sendiri, mungkin dia boleh menutup sedikit jendelanya. Namun sebelum menyalahkan dia, apakah kita juga mempunyai cukup empati di sini? Sering kali kita mendengar para pengunjung asing di India yang mengeluh tentang betapa kotornya negara tersebut, betapa degil orang-orangnya, betapa buruk pelayanannya, bla bla bla. Aku pernah berjumpa dengan seorang traveler dari negara kita yang tak habis-habis membandingkan India dengan Malaysia. Dan aku tak nafikan kadangnya aku sendiri pun pernah juga mengeluh betapa kurangnya common sense orang-orang di sana.
Namun pengalaman di dalam bas itu benar-benar membuat aku sedar, yang aku pun masih tak cukup empati. Dulu ketika aku masih baru di India, aku selalu jengkel dengan bagaimana orang India selalu menyapa "halo! Halo!" dengan nada keras yang jelas mempamerkan ketidaksopanan. Aku menantikan sapaan lembut seperti "brother", "mister", atau "excuse me". Namun begitu perlukah kita mempersalahkannya jika kita berada di posisi mereka. Pernahkah kita perhatikan yang mereka juga memanggil "halo" sesama orang India lainnya. Dan bagi mereka panggilan itu tak lebih dari sekadar norma dalam menyapa.
Contoh lain pula mengenai ketidakaturan sistem yang selalu dikritik oleh orang-orang putih. Atau aku yang sempat hairan kenapa laki-laki India suka mencurahkan air kumuhnya 'di tepi' dan bukannya 'di dalam' tandas umum. Ketika di Darjeeling, aku pernah cuba untuk menunjukkan contoh baik dengan menggunakan tandas umum, lalu aku automatik juga melakukan hal yang sama seperti lelaki India lainnya (bagi yang faham saja).
Dengan adanya empati, kita akan berhenti daripada berterusan menilai sesebuah tempat yang kita kunjungi dari sudut pandang dan perspektif standard nilai kita sendiri. Sebaliknya kita akan belajar untuk berfikir dari sisi mereka.
Kembali ke cerita perempuan yang membuka jendela itu. Siapa tahu mungkin dia sedang kepanasan? Atau mungkin juga dia akan muntah kerana motion sickness (mabuk kenderaan)?
HRTC, bas awam milik kerajaan yang mampu mencapai seluruh penjuru negeri Himachal Pradesh (kecuali pada musim sejuk) |
Langgan:
Catatan (Atom)
Search accomodation for your next trip!
Popular Posts
-
Mungkin tak ramai yang tahu, di Sabah terdapat laluan keretapi sepanjang 134 kilometer yang menghubungkan bahagian pantai barat dan bahagian...
-
Poster filem Pashto di sebuah panggung wayang Peshawar 8 Mac 2020, Happy Women's Day Sempena Hari Wanita sedunia yang disambut pada ...
-
Urdu ditulis dalam gaya Nastaliq tulisan Arab Urdu, bahasa kebangsaan Republik Islam Pakistan, merupakan bahasa yang menarik untuk dipelajar...
-
Di zaman yang serba-serbi teknologi ini, gajet bukan lagi sesuatu yang asing bagi setiap orang yang punya hobi bercuti dan melancong. Ia buk...
-
Apa lagi yang anda tahu tentang tempat-tempat menarik di Lombok selain daripada Pantai Senggigi, Gili Trawangan, dan Gunung Rinjani? Sebenar...
-
Selamat datang ke Rumah Mawart Pengalaman mendulang ilmu dan kemahiran sebagai barista ketika di Australia beberapa tahun yang lalu m...
-
Kenangan menggapai penghujung tanah Borneo di Kudat Sebaik mendapat email tentang pembatalan penerbangan aku ke Pakistan pada hujung Oktober...
List of Articles
-
►
2024
(1)
- ► Januari 2024 (1)
-
►
2021
(53)
- ► Disember 2021 (2)
- ► November 2021 (4)
- ► Oktober 2021 (4)
- ► September 2021 (3)
- ► Julai 2021 (6)
- ► April 2021 (1)
-
▼
2020
(31)
- ► Disember 2020 (2)
- ► November 2020 (3)
- ► Oktober 2020 (2)
- ► Julai 2020 (5)
- ► Februari 2020 (2)
-
►
2019
(14)
- ► Oktober 2019 (4)
- ► September 2019 (3)